Duta GenRe DKI Jakarta 2016: Hebat, Bermanfaat!

Salam GenRe!

GenRe adalah istilah yang banyak dikenal oleh masyarakat terutama remaja. Beberapa terheran-heran apakah itu? Apakah sama dengan “genre” musik ? Tidak. GenRe adalah singkatan dari Generasi Berencana. Apa pula itu? Nah, di awal artikel ini, saya akan berbagi sedikit tentang apa itu GenRe. Sudah pernah mendengar istilah Bonus Demografi? Mungkin sudah mungkin belum. Bonus Demografi sekiranya wajib diketahui oleh semua lapisan masyarakat karena keberadaannya sangat menentukan masa depan bangsa dan negara ini. Apakah sebenarnya Bonus Demografi ini?

Secara sederhana, Bonus Demografi adalah kondisi dimana Jumlah Penduduk didominasi 70% oleh usia produktif dari usia 15-64 tahun. Dengan demikian, maka jumlah penduduk dibawah usia 15 tahun dan diatas 65 tahun lebih sedikit, sehingga, tanggungan ekonomi atas penduduk non-produktif ini juga berkurang. Bonus Demografi sudah mulai berjalan dan akan mencapai titik puncaknya antara tahun 2020-2040. Pada rentang 20 tahun, angka ketergantungan akan turun hingga menjadi 44-46 orang per 100 penduduk. Artinya, 100 orang penduduk hanya perlu menanggung 44-46 jiwa yang tidak produktif. Titik terendah yang dikenal dengan periode emas  ini biasanya disebut dengan the Window of Opportunity/ Jendela Peluang.

Lantas apa kaitan kondisi di atas dengan kemajuan Indonesia? Begini ceritanya, ketika Indonesia memasuki periode Jendela Peluang, dengan skenario sumber daya manusia yang kompeten dan siap, maka kita bisa menikmati deviden demografi. Apa lagi itu? Deviden demografi adalah percepatan pertumbuhan ekonomi melalui perubahan struktur usia penduduk. Korea selatan adalah contoh yang baik. Akhir tahun 70-an, dengan PDB $200, hanya dalam waktu 2-3 dekade, berhasil naik secara signifikan menjadi $22.00. Indonesia pada periode serupa dengan program KB yang cukup sukses waktu itu, dari PDB $80 hingga sekarang hanya mampu naik menjadi $3500. Hanya seperempat dari PDB Korea Selatan. Hal ini dapat terjadi karena, kebijakan pemerintah Korsel yang menyebabkan aktivitas penduduk yang produktif mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara mikro dan makro.

Penjelasan lebih mudahnya adalah begini, ketika angka ketergantungan tinggi, maka beban penanggung dalam hal ini usia produktif akan semakin tinggi pula. Misalnya satu pasutri memiliki 7 orang anak yang perlu ditanggung biaya hidup, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan sebagainya. Dengan kemampuan ekonomi yang masih belum maju seperti negara maju lainnya, hal ini tentu menjadi beban bagi pasutri tersebut. Alhasil, faktor ini akan membatasi pendidikan, kesehatan anak, dll. Hal ini berimplikasi pada sumber daya manusia yang kurang berkualitas untuk bersaing secara global. Akhirnya, banyak penduduk Indonesia yang keluar negeri tidak untuk menjadi manager atau direktur di negeri orang, tetapi menjadi TKI/TKW.

Dari sedikit penjelasan diatas, apakah kaitannya dengan anak muda? Banyak. Tahukah anda bahwa tahun 2014, data BKKBN menunjukkan bahwa 48% dari 2,5 juta pernikahan terjadi pada mempelai perempuan usia 15-19 tahun. Tahukah anda bahwa situs GirlsNotBrides.org, diperkirakan bahwa 1 dari 5 perempuan di Indonesia menikah di bawah usia delapan belas tahun. Di samping itu, Indonesia menempati urutan ke-37 di di antara negara-negara yang memiliki jumlah pernikahan usia dini tertinggi di dunia (World Fertility Policies, United Nations, 2011). Tahukah anda bahwa Age Specific Fertility Rate untuk usia 15-19 tahun adalah 48/1000 kelahiran artinya dalam seribu kelahiran, 48 diantaranya dilahirkan oleh penduduk usia 15-19 tahun. Kondisi ini sangat genting, mengingat dampak buruk dari pernikahan dini, kehamilan dini, melahirkan dini, yang berujung pada terjadinya putus sekolah, tekanan sosial, hingga perceraian yang banyak terjadi. Dari berbagai fakta diatas dapat simpulkan bahwa tingginya angka pernikahan dini, dapat memiliki dampak yang luas dan berkelanjutan, serta berimplikasi pada sumber daya manusia yang kurang bahkan tidak berkualitas. Atas dasar itu pula bagaimana bisa Indonesia menjadi maju? Omong kosong tentunya.

Atas alasan itulah GenRe di munculkan ke permukaan oleh pemerintah. GenRe pada prinsipnya adalah merencanakan. Mengajak remaja untuk merencanakan dimulai dari merencanakan pendidikan, karir, kehidupan berkeluarga, menjadi bagian dari masyarakat, dan mempraktikkan hidup sehat. GenRe juga mengkampanyekan Anti-Triad GenRe, yaitu :

  1. Katakan tidak pada Pernikahan Dini
  2. Katakan tidak pada Sex Before Marriage
  3. Katakan tidak pada Napza (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya)

Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah salah satu substansi inti dari GenRe yang bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan usia pernikahan pada wanita 21 tahun dan pada pria 25 tahun atas dasar pertimbangan secara fisik, mental, emosional, sosial, finansial, dll.

 GenRe secara umum membicarakan 8 substansi yang terdiri atas: GenRe, PUP, Napza, HIV-AIDS, Seksualitas, Life Skills, Hak Kespro, dan Advokasi-KIE. Program ini di jalankan melalui wadah Pusat Informasi Konseling yang memiliki beberapa jalur pengoperasian, seperti melalui jalur sekolah, kampus dan masyarakat.

Duta GenRe DKI Jakarta 2016: Hebat, Bermanfaat!

Saya Stiven, dari Binusian jurusan Marketing Communication 2018, merupakan salah satu aktivis yang aktif mengkampanyekan program GenRe. Sejak SMA di Bengkalis hingga saat ini dengan semangat terus menyebarkan virus GenRe ke semua orang yang dikenal bersama PIK-R Nuansa. Pada Juni 2016 lalu saya berkesempatan menjadi Duta Mahasiswa GenRe Jakarta Barat, dan  seminggu lalu, tepatnya pada 15 Oktober 2016, setelah 2 hari mendapatkan pembekalan, secara resmi di nobatkan sebagai Duta GenRe Favorit DKI Jakarta 2016. Kesempatan ini mempermudah saya untuk melakukan pendekatan ke mahasiswa, remaja disekolah-sekolah, beserta orangtuanya. Dengan menjadi duta, saya dapat mewujudkan misi saya untuk mengajak lebih banyak lagi remaja mempersiapkan diri menikmati bonus demografi. Saat ini, Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa Nusantara sedang digarap di Binus University, saya mengajak seluruh mahasiswa berpartisipasi dalam komunitas ini untuk dapat mengkampanyekan GenRe ke seluruh mahasiswa Binus dan sekitarnya. Terima kasih saya ucapkan kepada Kampus Binus khususnya kepada beberapa pembina saya selama ini yaitu (Bu Maria, Bu Gayes, Miss Nadia, dan Pak Bobi), serta Pemkot Jakbar dalam hal ini KKB atas dukungannya.

Stiven,

Duta Mahasiswa GenRe Jakarta Barat 2016

Duta GenRe Favorit DKI Jakarta 2016

Setahun Menjabat, Seumur Hidup Menginspirasi

Penulis : Stiven

Editor    : Edwina Ayu Kustiawan & Gayes Mahestu