mea

Ilustrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (pusakaindonesia.org)

 

JAKARTA?Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 menjadi momentum penting yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia, sekaligus menjadi momok yang cukup membuat masyarakat ketar-ketir mengingat persaingan global yang akan hadir di depan mata.

Pada tahun 2003, para pemimpin dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali. menyepakati Bali Concord II yang memuat tiga pilar untuk mencapai visi ASEAN 2020 yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan politik-keamanan. Dalam hal ekonomi, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Tujuannya, agar daya saing ASEAN meningkat dan mampu menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing.

Dalam MEA, tak hanya mendorong kebebasan perdagangan barang dan jasa, tetapi juga membuka arus tenaga kerja asing, seperti pengajar, teknisi, atau dokter. Sehingga di masa yang akan datang, bukan tidak mungkin bahwa kita akan menjumpai banyak tenaga kerja asing yang bekerja di berbagai sektor perusahaan di Indonesia.

Dalam benak masyarakat, tentu muncul pertanyaan seperti, ?Mampukah tenaga kerja Indonesia bersaing dengan masyarakat asing?? Muncul berbagai perasaan khawatir dan cemas karena memikirkan kemungkinan terburuk seperti kalah dalam menghadapi persaingan antar negara. Jadi, apa yang perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi era MEA dan polemik yang akan hadir setelah diberlakukannya persaingan global tersebut?

Tidak Perlu Takut dan Lihat Peluang

Dikutip dari binaswadaya.org, menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, persiapan Indonesia sudah 88%. Indonesia tidak perlu takut menghadapi MEA 2015, karena kebebasan arus barang sebenarnya sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, Indonesia memiliki kekuatan tersendiri seperti memiliki tingkat ekonomi terbesar, jumlah penduduk terbanyak dari total 600 juta penduduk ASEAN (39%), dan memiliki Gross Domestic Product (GDP) paling tinggi. Di sisi lain, Indonesia memiliki keragaman yang sangat luas yang membuat pasar Indonesia menjadi kian menarik. Dari sisi suplai dan produksi, Indonesia mempunyai sumber daya alam, kemampuan buruh, investasi yang pesat dan basis produksi. Perlu diingat, Indonesia juga mempunyai kemapanan secara sosial politik dan negara demokrasi yang besar.

Masih menurut Bayu, tantangan terbesar MEA adalah bagaimana kita harus menyerang, bukan bertahan. ?Jika hanya bertahan dalam artian hanya berbisnis di dalam negeri saja, maka daya saing kita akan segitu-gitu saja. Bukalah cakrawala bahwa di luar sana banyak peluang yang masih bisa digarap dan saya yakin orang-orang Indonesia bisa.?

 

Asah Kemampuan Profesi dan Kuasai Perbedaan Bahasa

Diambil dari situs bbc.co.uk, riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk di Asia Tenggara.

Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja kelas rendah meningkat 24% atau 12 juta.

Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi.

Oleh karena itu, sudah selayaknya generasi muda Indonesia tak hanya menempuh pendidikan secara asal-asalan atau seperti istilah banyak anak muda, ?yang penting lulus.? Karena sejatinya, pendidikan?terutama pendidikan tinggi?bukan tempat untuk sekadar mendapat nilai, tapi juga tempat kita menimba ilmu dan mengasah kemampuan professional agar menjadi lulusan yang siap kerja. Perbanyak wawasan dan asah kemampuan kita di bidang yang kita gemari untuk memudahkan kita mencapai karir yang diimpikan.

Selain itu, dengan adanya persaingan global, salah satu pembatas utama yang kerap kali menghalangi adalah perbedaan bahasa. Untuk itu, selain menguasai bahasa Indonesia dengan baik, kita juga dituntut untuk mampu berkomunikasi menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Cina, dan Korea. Sehingga, tak ada salahnya jika kita mulai berlatih menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan orang lain untuk semakin memantapkan kemampuan kita dalam menembus persaingan global.

 

Berwirausaha untuk Produk Dalam Negeri

Salah satu cara jitu lainnya untuk unggul menghadapi persaingan dalam MEA adalah membuka usaha baru atau berwirausaha karena selain dapat membuka banyak lowongan pekerjaan, kita juga dapat mengangkat perekonomian Indonesia di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Dikutip dari Kompas.com, pengamat marketing Yuswohady mengatakan bahwa sektor UMKM harus mendapatkan perhatian besar. Saat ini, UMKM di Indonesia berjumlah 55 juta. Sementara usaha besar layaknya perusahan-perusahan mapan berorientasi global jumlahnya tak lebih dari 5.000.

Data lain menunjukan, dengan jumlah 55 juta, sektor UKM mampu menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia.
Dengan berbagai data itu, tak bisa dipungkiri bahwa sektor UMKM adalah sektor penggerak ekonomi Indonesai yang utama. Oleh karenanya, pengembangan UMKM sangatlah penting guna memenuhi kebutuhan pasar domestik yang menjadi sasaran para negara-negara ASEAN saat MEA berlaku.

Senada dengan Yuswohady, Presiden Joko Widodo pun melihat bahwa peran wirausaha dalam menggerakkan ekonomi Indonesia sangatlah besar.

“Negara kita negara besar, pasar sangat besar, peluang juga sangat besar. Orang luar lihat bahwa pasar kita harus diserang dan diduduki. Saya katakan dalam ruangan ini, jangan mau pasar kita diduduki oleh entrepreneur dari negara lain,” ujar Jokowi saat menghadiri acara penganugerahan Wirausaha Muda Mandiri di Jakarta, Kamis (12/3/2015) dilansir dari Kompas.com.

Jokowi yang dulunya seorang pengusaha mebel ini pun berpesan, jika ingin masuk ke dunia usaha, jangan terlalu banyak berpikir.

“Yang belum masuk ke dunia usaha, masuklah dulu. Kalau jatuh gimana? Ya, bangkit lagi. Yang penting jangan ada rasa takut untuk mulai usaha,” [Wida Citra Dewi]

 

Sumber:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/08/121300726/Entrepreneur.Merah.Putih.dan.MEA?utm_source=news&utm_medium=bp-kompas&utm_campaign=related&

http://nasional.kompas.com/read/2015/03/12/12281421/Jokowi.Jangan.Mau.Pasar.Kita.Diduduki.Entrepreneur.Asing.?utm_campaign=related_left&utm_medium=bp&utm_source=news

http://binaswadaya.org/bs3/tantangan-mea-2015-kita-harus-menyerang-bukan-bertahan/

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140826_pasar_tenaga_kerja_aec

http://finansial.bisnis.com/read/20141128/9/276171/mea-2015-indonesia-jangan-terjebak-jumlah-penduduk-besar