Pengelolaan Bisnis dengan Pendekatan Komunikasi Antarbudaya

Untuk Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)

 

Lidya Wati Evelina, Dra, MM

FM SCC Marketing Public Relations

Communication Department, Faculty of Economic and Communication

Bina Nusantara University

Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta 11480

levelina@binus.edu

 

 

Abstrak

 

Bisnis dan budaya merupakan dua hal yang saling terkait erat. Bisnis yang berhasil tentunya akan memperhatikan budaya dari target audiensnya. Untuk itulah Dosen dari Jurusan Marketing Communication berinisiatif melakukan sharing knowledge dengan Pemuda KNPI cabang Tangerang. Tujuan  Pengabdian Pada Masyarakat ini  untuk memberikan wawasan mengenai pentingnya pemahaman budaya bila ingin mengelola sebuah bisnis.  Penelitian ini menggunakan Manfaat kegiatan P2M ini adalah agar peserta yang  menerapkan praktik bisnis dengan pendekatan komunikasi antrabudaya lebih mudah menjalin kerjasama dengan konsumen dari beragam budaya. Metode yang digunakan adalah  Sharing session, Case presentation, Group Discussion  dengan sekitar 30 peserta dari beberapa Universitas di daerah Tanggerang yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia. Hasil yang dicapai adalah Para pemuda yang masih berstatus mahasiswa dan tergabung dalam KNPI mulai menyadari pentingnya pemahaman tentang komunikasi antarbudaya dalam mengelola bisnis. Hambatan yang masih dihadapi adalah kesulitan mengubah mindset  konsumen, kesiapan dalam menghadapi pasar bebas. Perlu adanya usaha agar dalam menjalankan bisnis dapat memiliki daya tahan untuk jangka panjang dan bahkan akan menjadi warisan yang sangat bernilai bagi generasi mendatang.

 

Kata Kunci: Bisnis, Komunikasi Antarbudaya, Komite Nasional Pemuda Indonesia

Pendahuluan

Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk pengabdian pada masyarakat atau disingkat (P2M) dari Binus University. P2M adalah kegiatan Tridarma perguruan tinggi  ketiga  setelah pengajaran dan penelitian. Binus University merupakan salah satu Universitas  Terkemuka di Jakarta yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan pendidikan dan  menjadikan  Pengabdian masyarakat (P2M) sebagai  program wajib tiap semester.

Tema kegiatan P2M yang diselenggarakan selama 2 (dua) hari yaitu pada  28 dan 29 September 2014 lalu, berkaitan dengan konteks komunikasi antarbudaya dalam perspektif Marketing communications.  Sekitar  30 orang peserta yang tergabung  dalam organisasi Komite Nasional Pemuda  Indonesia (KNPI), Cabang Tangerang  hadir  di acara tersebut. Tempat pelaksanaan di ruangan sekretariat di Jl. A. Dimyati no. 20, Sukasari, Tangerang.

Para peserta mendapatkan materi mengenai cara mengelola Bisnis dalam Konteks komunikasi antarbudaya. Kegiatan berlangsung mulai pkl. 09.00 -16.00 WIB. Selama kegiatan berlangsung terlihat para pemuda/i  yang tergabung dalam  KNPI Tangerang sangat antusias mendengarkan  materi yang disampaikan   para dosen dari Jurusan Marketing  Communication, Binus University. Terbukti dari beberapa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada nara sumber.

 

Konsep  Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) dan Komunikasi Antarbudaya

 

Khalayak Sasaran dari P2M ini adalah Pemuda yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Komite Nasional Pemuda Indonesia disingkat KNPI merupakan organisasi kepemudaan yang bertujuan untuk pembinaan dan pemberdayaan generasi muda di seluruh Indonesia, terciptanya kemandirian pemuda dalam berfikir kreatif, inovatif, dan produktif. Kehadiran kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Program Studi Marketing Communication Binus University merupakan salah satu tujuan Komite Nasional Pemuda Indonesia khususnya di daerah Tangerang dalam mewujudkannya cita-citanya, sekaligus berhubungan erat dengan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian kepada Masyarakat.

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) di KNPI Tangerang bertemakan “Kewirausahaan dan Pemberdayaan Pemuda”  dihadiri oleh generasi muda, pengurus KNPI Tangerang dan sebagian mahasiswa asal Tangerang. Kegiatan dilakukan selama 2 (dua) hari atau 50 (lima puluh) jam, yang materinya meliputi sebagai berikut:

  1. Mengapa perlu komunikasi yang efektif dalam usaha dan bisnis;
  2. Dinamika komunikasi dalam kewirausahaan;
  3. Memahami perbedaan budaya dalam proses komunikasi;
  4. Poin pengembangan kewirausahaan berdasarkan potensi daerah Tangerang;
  5. Hambatan atau kesulitan generasi muda dalam berwirausaha;
  6. Sosialisasi regulasi dan kebijakan pemerintah daerah setempat terkait kewirausahaan;
  7. Mengatasi konflik dan perbedaan dalam bisnis;
  8. Peningkatan sumber daya manusia;

 

Pada point (8) selalu ditegaskan dalam pemberian materi karena secara keseluruhan dari pemberdayaan tersebut adalah sumber daya manusia (SDM) yang akan mengimplementasikannya. Implementasi itu dapat dilakukan melalui pendidikan generasi muda yang memadai sehingga dapat meningkatkan kualitasnya. Pendidikan menjadi tolak ukur suatu individu, kelompok, bahkan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, parameter pembangunan adalah pendidikan.

Berbicara pembangunan tidak terlepas dari kesiapan sumber daya manusia yang tentunya memadai dan memiliki kualitas dan kuantitas pendidikan warga masyarakat di suatu daerah atau suatu negara. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan lain-lain, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan.

Pada kegiatan PKM ini, Audiens dapat menyaksikan bahwa dalam menjalankan bisnis kita tidak hanya fokus untuk berpikir tentang cara memasarkan atau menjual saja, melainkan di dalam menjalankan penjualan dan pemasaran suatu produk ataupun jasa ternyata mencakup aspek lain yang jauh lebih luas. Misalnya, aspek habit atau kebiasaan, tradisi, kultur masyarakat lokal bahkan peradaban manusia pada umumnya. Keterlibatan berbagai aspek kehidupan itulah yang justru mampu mengangkat wajah bisnis menjadi menarik.

 

Entrepreneur/Kewirausahawan

Shaper,et.al (2014: 5) menjelaskan arti entrepreneurship adalah suatu proses, identifikasi peluang baru dan  mengubahnya menjadi produk atau jasa yang dapat dipasarkan. Elemen kunci dari entrepreneurship ada 5 (lima) faktor, yaitu (1) entrepreneur atau pengusaha itu sendiri, (2) peluang pasar, (3) sumber daya yang memadai, (4) organisasi dengan lingkungan yang menguntungkan.

Seorang wirausahawan  paling tidak mempunyai seseorang yang dapat memotivasi anggota lainnya. Ada 4 (empat) hal penting yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu: (1) aktif mencari peluang, (2) memiliki jiwa kewirausahaan (3) pengetahuan tentang kewirausahaan, (4) dan networking  yang luas.(Schaper,et.al, 2014: 5). Dengan demikian dapat memiliki daya saing di pasar dan dapat bertahan dalam jangka waktu panjang.

Selain, Keempat hal penting di atas, hal lain yang diperlukan dalam berbisnis adalah perusahaan menawarkan produk atau jasanya melalui teknologi (Peranginangin, 2013). Sebagai contoh di Indonesia mulai marak penggunaan  bisnis online pada usaha kecil dan menengah.

           

Manajemen dan Kesalahan Fatal pada Bisnis Kecil

Peluang untuk usaha kecil dan menengah di Indonesia sangat terbuka lebar. Pemerintah sangat mendukung usaha kecil dan menengah di bawah kementrian Koperasi dan usaha kecil dan Menengah Republik Indonesia.

Dinamakan bisnis kecil adalah perusahaan yang memperkerjakan kurang dari 100 orang. Mayoritas perusahaan kecil berkonsentrasi pada bidang eceran dan industry jasa (Zimmerer dan Scarborough, 2005: 25).

Kesalahan yang banyak terjadi dalam bisnis kecil adalah keterbatasan sumber daya, kurangnya pengalaman manajemen, dan kurangnya kestabilan pembiayaan sehingga dapat menjadi penyebab macetnya bisnis kecil (Zimmerer dan Scarborough, 2005: 27).

Hal yang menjadi penyebab kegagalan bisnis dapat diantisipasi bila sejak awal menyadari (1) adanya ketidakmampuan manajemen, (2) Kurang pengalaman, (3) Lemahnya usaha pemasaran, (4) pengendalian keuangan yang buruk, (5) Lemahnya usaha pemasaran, (6) Kegagalan mengembangkan perencanaan strategis, (7) Pertumubuhan Tak Terkendali, (8) Lokasi yang buruk, (9) Pengendalian persediaan yang tidak tepat, (10) penetapan harga  yang tidak tepat, (11) Ketidakmapuan Membuat “Transisi” kewirausahaan”. (Zimmerer dan Scarborough, 2005: 27-30).

Zimmer dan Scarborough (2005: 32-35) menjelaskan untuk menghindari kegagalan, adalah mengenal bisnis secara mendalam. Seorang Wirausahawan yang berhasil, harus menyerap sebanyak mungin pengetahuan dari berbagai sumber. Wirausahawan dibiasakan untuk membaca segalam macam hal yang mungkin dengan membaca jurnal niaga, majalah bisnis, buku, laporan penelitian yang berhubungan dengan industri yang dijalani. Pelajari hal yang bermanfaat agar bisa meniru kesesuksesan dari industry tersebut.

Mengembangkan rencana bisnis yang matang dengan membuat rencana bisnis yang ditulis dengan baik sehingga perusahaan mendapat arah yang jelas. Rencana bisnis memberikan jalur  yang benar menuju keberhasilan dan menciptakan tolok ukur yang dapat dipakai wirausahawan  mengukur kinerja actual perusahaannya.

Mengelola sumber daya keuangan dengan mengembangkan sistem informasi keuangan.  Dan menggunakannya untuk pengambilan-pengambilan keputusan bisnis.  Langkah pertama dalam mengelola bisnis secara efektif adalah dengan memiliki modal awal yang cukup. Perusahaan harus memiliki uang kas yang cukup banyak untuk membayar tagihan dan kewajiban lainnya. Perusahaan yang sedang tumbuh biasanya memerlukan lebih banyak uang tunai daripada yang dihasilkannya dan semakin besar pertumbuhannya, semakin banyak pula menghabiskan uang!

            Memahami laporan keuangan. Pemilik perusahaan harus mempunyai catatan dan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan bisnisnya. Untuk benar-benar mengenal apa yang terjadi dalam bisni, wirausahawan paling tidak harus mempunyai pemahaman dasar mengenai akuntansi dan keuangan. Apabila dianalisa dan ditafsirkan secara benar, laporan-laporan keuangan ini merupakan indikator-indikator yuang dapat dipercaya mengenai kesehatan perusahaan kecil.

Belajar mengelola orang secara efektif. Setiap bisnis  harus belajar mengelola orang. Setiap bisni bergantung pada landasan karyawan yang terlatih baik dan termotivasi. Tidak ada perusahaan yang dapat mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Merekrut dan mempertahankan karyawan yang bermutu bukanlah tugas yang mudah dan merupakan tantangan bagi setiap pemilik perusahaan kecil.

Jaga Kondisi. Wirausahawan harus siap fisik dan mental harus siap. Keberhasilan perusahaan akan tergantung pada keberadaan dan perhatian dri pemilik ssecara terus menerus. Dengan demikian perlu memantau kesehatan.  Hindarilah stress, yang menjadi masalah utama. Wirausahawan yang sukses perlu menyadari harta yang paling berharga adalah waktu, dan mengelolanya secara efektif agar perusahaan lebih produktif. Semua itu terjadi karena ada gairahterhadap bisnis, produk dan jasa, pelanggan dan komunitas . Gairah merupakan hal yang menyebabkan wirausahawan yang gagal bersedia bangkit, mencoba lagi dan berhasil menuju puncak.

            Jadi, dalam melakukan bisnis kecil diperlukan manajemen yang baik dan dapat mengantisipasi kegagalan bisnis. Modal uang dan Sumber daya manusia merupakan dua hal yang penting dalam menjalankan usaha.

 

Komunikasi antarbudaya

Dengan adanya globalisasi, maka kontak antarbudaya pasti akan terjadi meskipun hanya pengusaha lokal. Ada kecenderungan kesulitan–kesulitan berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berbeda budaya.

Menurut Mulyana, komunikasi antarbudaya terjadi bila pengirim pesan  merupakan anggota suatu  budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. (Mulyana, 2010:12).

Bila kita membahas tentang komunikasi antarbudaya tidak terlepas dari pembahasan tentang subbudaya dan subkelompok. Sub budaya atau subkultur merupakan suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi atau sosial yang memperlihatkan pola perilaku yang membedakannya dengan subkultur-subkultur lainnya dalam sebuah budaya atau masyrakat yang melingkupinya.  (Mulyana, 2010: 19).

Sedangkan  subkelompok hadir pada suatu komunitas yang tidak puas dan tidak sepaham dengan komunitas itu, serta mempunyai kesulitan memahami dan berkomunikasi dengan komunitas tersebut. Ciri utama subkelompok  yang mencolok adalah nilai-nilai, sikap-sikap, dan perilaku atau unsur-unsur perilakunya bertentangan dengan nilai-nilai, sikap-sikap dan perilaku mayoritas komunitas. (Mulyana dan Rakhmat, 2010: 19).

Bila kita mengaitkan dengan bisnis yang berbasis pemahaman komunikasi antarbudaya, maka terlebih dahulu peserta diajak memahami subkultur dan subkelompok.

 

Menerapkan Pengetahuan Budaya

            Perilaku komunikasi antarbudaya diwakili oleh komunikasi antar pelaku komunikasi antarbudaya yang mewakili masing-masing budaya. Bila komunikasi yang terjadi efektif, maka saling pengertian tumbuh diikuti dengan kerjasama (Sihabudin, 2011: 26).

Aspek budaya yang menentukan perilaku komunikatif berkaitan dengan bahasa, pemilihan kata-kata dan makna, nada suara, emosi dan kontak fisik, dampak waktu secra kultural, tempat, hubungan-hubungan kelas sosial, persepsi, sistem kepercayaan, nilai dan sikap.  Jadi, proses komunikasi antarbudaya juga menerapkan pengetahuan antarbudaya. (Mulyana & Rakhmat dalam Sihabudin, 2011: 27).

Dari pendapat di atas jelas perlunya pemahaman tentang aspek berkomunikasi yang efektif pada komunikasi bisnis dengan latarbelakang budaya yang berbeda.

 

Pembahasan

Meskipun Hari minggu, Sembilan  Dosen Marketing Communication dengan penuh semangat untuk melakukan Pengabdian Kepada  Masyarakat (PKM). Para dosen tersebut berangkat dari Kampus Binus Syahdan  pukul  07.00 WIB pagi dan sampai di lokasi kegiatan PKM  pukul. 08.00 WIB.

Hari pertama yang jatuh pada hari Minggu, belum ada kesiapan ruangan dari pihak KNPI karena informasi dari Binus yang mendadak mengenai konfirmasi penyelenggaraan PKM sehingga jam pelaksanaan mundur menjadi jam 10.00 WIB setelah semua peserta lengkap hadir dan kursi yang disediakan penuh terisi Audiens yang terdiri dari  mahasiswa dan non mahasiswa yang aktif dalam organisasi pemuda di Tangerang, jumlah sekitar 15 orang.

Acara dibuka  Dr. Muhammad Aras dengan doa secara Islam. Kemudian semua materi disampaikan melalui sesi. Sesi pertama dengan Muhamad Aras menyampaikan materi yang  berkaitan dengan komunikasi antar budaya tentang bagaimana komunikasi dalam berbisnis. Kedua Mia Angeline berbicara mengenai cara komunikasi dalam  usaha kecil menengah misalnya cara menawarkan, sebagai seorang entrepreneur. Marta Sandjaja menyampaikan cara memperkenalkan produk yang diminati banyak orang dan  menjelaskan bahwa seorang entrepreneur perlu melakukan mempersuasi kepada konsumen yang berbeda latarbelakang budaya dan harus  disiplin dengan waktu dan berkomitmen.

Materi dibagi per pembicara dengan lama per orang sekitar 1 – 2 jam disertai tanya jawab. Masalah yang paling banyak ditanyakan adalah mengenai pengembangan bisnis mereka dan bagaimana berkomunikasi dengan pembeli atau dengan pemerintah daerah untuk pengembangan bisnis.

Proses P2M berlangsung group discussion dan sharing session. Audiens mengutarakan persoalan yang sedang dihadapi dan dosen pengajar memberikan solusi yang dirasa cocok. Beberapa persoalan yang disampaikan adalah kesulitan modal, promosi dalam media internet, kesulitan mengubah mindset  konsumen, kesiapan dalam menghadapi pasar bebas. Kesimpulan di akhir sesi adalah mereka merasakan kebutuhan untuk mengembangkan diri dalam menghadapi pasar bebas dan mengalami penolakan dari komunitas yang sulit berubah.

Hari pertama (Minggu, 28/9) 2014  dihadiri   32 peserta terdiri dari mahasiswa yang lebih banyak mahasiswa putra ketimbang mahasiswa putri yang berasal dari Universitas Islam Syekh Yusuf dan  Univ. Muhammadiyah,  Tangerang. Hari kedua (Senin, 29/9) 2014 hanya dihadiri oleh 7 (tujuh) orang dengan tambahan Sekolah Tinggi Teknik Multimedia Cendikia Abditama, Tangerang. Pengajar hari Pertama, Ebnu Beno, Yuanita, Vivien, Dina Sekar Vusparatih, Deddy Tobing, Dr. Dominikus Tulasi, Dr. Muhamad Aras, Mia Angeline,  Marta Sanjaya dan Sari Ramadanty.

Hari Pertama: Acara dibuka Pagi hari jam 10.00 WIB dengan doa secara Islam karena semua peserta beragama Islam.  Pembukaan dipimpin Dr. Muhamad Aras. Secara bergiliran para dosen menyampaikan sebanyak 9 (sembilan) materi. Sisa 4 (empat) materi disampaikan hari berikutnya, Senin 29 September 2014. Satu dosen mengajar selama 30 menit  kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab seputar materi yang disampaikan oleh masing-masing Dosen.

Pertanyaan-pertanyaan yang menarik, misalnya seputar cara penjualan online  dalam konteks antar budaya.   Break Istirahat, Sholat dan Makan siang  selama 1, 5 jam berlangsung Pkl. 12.30- 14.00 WIB.  Mahasiswa sangat antusias karena mereka selalu bertanya dan mereka selalu memperhatikan ketika dosen memberikan materi.

Banyaknya pemateri yang hadir di hari pertama sehingga setiap pemateri hanya memiliki waktu 20 Menit untuk menjelaskan dengan menggunakan power point dan menjawab pertanyaan dari peserta. Namun, kebanyakan memang lebih dari waktu yang telah disepakati, disebabkan  tingginya antusiasme peserta. Umumnya mereka masih awam dengan komunikasi, tetapi ada beberapa yang memang adalah mahasiswa komunikasi.

Materi hari pertama diberikan 7 (tujuh) materi yang berkaitan antara bisnis dan komunikasi antarbudaya: (1) Why studying Intercultural Communication (2) Culture and Communication (3) Cultural Aspect Perception (4)  Cultural Identity (5) Low Context Orientation (6) Language and intercultural communication. (7) Nonverbal Communication

Hari Kedua, Senin audiens yang datang lebih sedikit yaitu  7 (tujuh) orang karena sebagian besar ada kuliah di jam yang sama. Karena menunggu kehadiran audiens, waktu mulai diundur hingga 10.30 WIB. Pengajar hari kedua, Muhamad Aras, Mia Angeline, Amia Luthfia, Handy Martinus, Dr. Dominikus Tulasi, Yuanita dan Sari Ramadanty.

Peserta yang hadir di hari kedua, tidak sebanyak di hari pertama. Mungkin, karena itu hari Senin, jadi banyak peserta di hari sebelumnya yang berhalangan hadir karena kesibukan masing-masing. Di hari ke-2 peserta mahasiswa KNPI yang datang sangat minim.  Setelah jam 12 bertambah 2 (dua) orang tapi sangat pasif. Minimnya peserta yang hadir karena perubahan jadwal yang tadinya akan dilaksanakan Sabtu dan Minggu menjadi Minggu dan Senin. Di hari Senin mahasiswa sudah sibuk dengan urusan perkuliahan di kampus masing-masing.

Akhirnya setelah menunggu peserta 2 (dua)  jam lebih acara pertemuan PKM hari kedua dibuka. Agenda PKM jadi berubah total. Setting duduk dibuat melingkar dan tidak menggunakan power point  materi yang sudah disiapkan. Acara dilakukan dengan tanya jawab dan berbincang-bincang berbagai hal. mahasiswa diminta untuk bertanya tentang apa saja yang terkait dengan bisnis dan komunikasi antarbudaya. Ada yang bertanya tentang bisnis online yang baru dirintisnya, dan ada juga yang bertanya tentang bisnis cafe kecil yang akan dibuatnya.

Perbincangan diarahkan ke strategi bisnis dan strategi promosi. Seorang mahasiswi bertanya tentang apa yang harus dilakukannya di lingkungan rumahnya yang banyak remaja putus sekolah karena sangat minim motivasi dari lingkungan. Seorang aktivis kampus banyak bertanya tentang kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang bakal menarik mahasiswa untuk berpartisipasi, mahasiswa tersebut mempunyai angan-angan ingin memberdayakan pemulung.

Setelah tanya jawab sekitar 1,5 jam dan mereka sudah mulai resah ingin pulang, akhirnya Tim dosen dari Marcomm  memutuskan untuk melakukan  Focus Group Discussion. Diskusi berjalan lancar, dan hidup, karena peserta yang hadir antusias  memberikan pertanyaan, sehingga tim dosen juga berusaha untuk menjawab semaksimal mungkin.

Masing-masing dosen  memberikan sharing pengalaman yang dibuka oleh Dr. Muhamad Aras kemudian dilanjutkan  Handy  yang membahas tentang perdagangan  besi. Dilanjutkan oleh Sari Ramadanty yang mengangkat cemilan tradisional maici yang ditawarkan dengan system online. Kemudian, Mia Angeline sebagai Manager HRD Welcomm dan dosen di Marcomm Binus University membahas  tentang cara Welcomm dapat menembus pasar accessories gadget.  Sedangkan Yuanita tentang pengalaman sebagai buyer pada bisnis online yang sedang berkembang pesat di Indonesia sehingga membutuhkan strategi untuk membangun kepercayaan pelanggan. Amia Luthfia yang murni sebagai akademisi berbicara tentang pengalamannya melakukan penelitian tentang bisnis online.

Pertanyaannya kebanyakan seputar bisnis dan pendidikan. Bagaimana mengkomunikasikan bisnis mereka kepada publik, serta bagaimana agar orang-orang di kampung mereka tertarik dengan pendidikan (ada salah satu peserta yang tinggal di lingkungan  kampung yang warganya kebanyakan hanya tamatan SD/SMP dan setelah itu menikah).

Di bagian akhir acara, Dr. Dominikus menyimpulkan semua materi yang dibahas pada hari terakhir itu sekaligus menutup acara. Dr. Dominikus menyimpulkan bahwa seorang pelaku bisnis handal misalnya secara naluri dia akan sukses menjalankan usaha apapun oleh karena insting atau naluri serta warisan tradisi keluarga yang membudaya dalam melakukan usahanya. Namun, secara teoritis setelah dipelajari ternyata bisnis apapun selalu mengandaikan adanya berbagai aspek yang seperti disebutkan di atas.

Dalam paparan para pembicara selama dua hari tersebut, audiens sangat antusias  karena isi atau muatan pembicaraan mencakup ruang lingkup bisnis yang sehari-hari mereka jalani. Hal itu  menambah gairah para peserta yang sebagian adalah pelaku usaha, khususnya usaha mikro dan kerajinan untuk berdiskusi..

Komunikasi antara pembicara dengan audiens sangat terasa kondusif dan diapresiasi oleh audiens. Mungkin isi pembicaraan adalah hal biasa bagi Pembicara, namun bagi peserta atau audiens menjadi hal yang sangat menarik. Saat forum Tanya jawab ternyata peserta P2M sangat bersemangat berinteraksi dengan para Pembicara dosen Marcomm Binus University.

Oleh karena itu, momen P2M ini merupakan referensi awal, bahwa ilmu yang dimiliki dosen marketing communication yang sebaiknya disebarkan kepada masyarakat,  khususnya masyarakat yang menjadi pelaku bisnis di manapun mereka berada.

Praktek bisnis memang penting dan harus dilakukan oleh masyarakat, namun tuntunan dan penguatan teori yang teraplikasikan juga jauh lebih penting. Antara praktek di lapangan tidak mungkin dipisahkan dari tuntunan teori untuk membesarkannya dan dengan demikian daya tahan usaha bisnis itu akan mampu bertahan untuk jangka panjang, bahkan akan menjadi warisan yang sangat bernilai bagi generasi mendatang.

Hal yang  perlu diperhatikan adalah persiapan topik yang hendak disampaikan kepada audiens atau peserta P2M. Persiapan topik menjadi hal penting oleh karena audiens atau pasar sesungguhnya membutuhkan hal baru yang bermanfaat langsung bagi kehidupan mereka, terutama yang terkait dengan organisasi dan usaha bisnis yang terkait dengan budaya dan tradisi lokal.

Semoga pengalaman kali ini menjadi referensi untuk dilanjutkan pada P2M-P2M berikutnya di tempat dan waktu yang berbeda, dengan tujuan dan sasaran yang tepat yakni masyarakat yang membutuhkan penyuluhan ilmiah namun mampu teraplikasikan di lapangan. Kegiatan P2M  seperti  ini diusulkan peserta untuk dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan dari para anggota KNPI.

Acara P2M diakhiri dengan makan siang  bersama dan  bertukar nomor Handphone. Untuk PKM selanjutnya dengan KNPI mereka minta materi yang lebih praktikal seperti public speaking dan strategi promosi via social media.

 

Kesimpulan

  1. Belum ada kesesuaian materi dengan kebutuhan audiens. Peserta workshop KNPI Tangerang adalah mayoritas generasi muda, mahasiswa dan pengurus KNPI setempat, sehingga mereka membutuhkan pencerahan sesuai kebutuhan dan potensi daerah mereka.

Mereka kebanyakan memiliki usaha sendiri yang tergolong UKM dan mengikuti P2M dengan harapan ingin memajukan usaha atau komunitas mereka.

  1. Materi yang disampaikan dimodifikasi menjadi fungsi komunikasi antar budaya di dunia bisnis agar sesuai dengan kebutuhan

 

Saran

  1. Perlu mendata calon peserta dan melakukan brain storming supaya para dosen yang memberikan PKM dapat mengetahui persis mengenai materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Dapat dilakukan dengan meminta peserta mengisi form isian atau pre test.

 

  1. Bagi pihak TFI agar melakukan konfirmasi sebulan sebelumnya kepada klien agar audiens yang akan mengikuti P2M dapat mempersiapkan diri. Lalu dilakukan interview awal mengenai kebutuhan audiens agar dosen dapat mempersiapkan materi yang sesuai.

 

Referensi

 

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, Drs, M Sc. (2010). Komunikasi antarbudaya.Panduan Komunikasi untuk orang-orang berbeda budaya.  Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Peranginangin, Pulung. (Januari, 2013). Pengaruh Ketidakpastian  Lingkungan, Strategi Bisnis dan Kebijakan Teknologi Terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Empirik Perusahaan Tekstil dan armen Indonesia, 2005 -2008. Journal of Business and Entrepreneurship, 1 (1), 5. ISSN: 2302 – 4119.

 

Sihabudin, Ahmad, Dr.H, M.Si. (2011). Komunikasi Antarbudaya. Suatu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Schaper, Michael, Thierry Volery, et.al (2014). Entreprenurship and Small Business. 4th Asia-Pacific  Edition. Australia: Wiley

 

Zimmerer, Thomas W. (2005). Pengantar Kewirausahawan dan Manajemen Bisnis kecil. Terjemahan. Jakarta: PT Indeks

 

 

 

Nara Sumber:

 

  1. Dominikus Tulasi, Drs, MM
  2. Muhamad Aras, S.Pd, M.Si
  3. Mia Angeline, S.Kom, MM
  4. Amia Luthfia, M.Si
  5. Marta Sandjaja, S.IP, M.Si
  6. Yuanita Safitri, S.Sos, M.Si
  7. Sari Ramadanty, S.Sos, M.Si

 

Lampiran Foto Kegiatan

1

 

Tim Dosen Marketing Communication dan Para Peserta dari KNPI

 

 

 

2

 

Dr. Muhammad Aras, S.Pd, M.Si  menjelaskan hubungan budaya dan Bisnis