Beberapa orang berpendapat bahwa komunikasi bukanlah hal yang perlu di pelajari secara formal. Masyarakat berpendapat umumnya komunikasi dapat dipelajari secara otodidak. Namun sesungguhnya komunikasi tidak semudah itu, khususnya bidang penyiaran atau broadcasting. Memberikan informasi kepada khalayak luas melalui media,khususnya televisi, tidak semudah yang kita bayangkan. Pemilihan informasi, kata-kata yang pas dan target berita kita harus sesuai.

Kebetulan saya adalah seorang mahasiswa jurusan komunikasi, dengan peminatan broadcasting. Untuk memenuhi syarat kelulusan, saya diharuskan melakukan kerja praktek atau yang lebih di kenal orang dengan magang. Singkat cerita setelah mencoba melamar di beberapa stasiun televisi, akhirnya saya di terima untuk melaksanakan magang di Kompas TV selama 3 bulan. Di Kompas TV, saya di tempatkan dalam divisi buletin dan menjabat sebagai asisten produksi dalam program Kompas Sport.

Pada awalnya, saya memang sudah memiliki bayangan tersendiri terhadap dunia media. Seringkali terpikirkan seperti apa dunia media tersebut. Namun, setelah saya melakukan magang di Kompas TV, ternyata media tidak seperti yang saya bayangkan.

Kompas Sport tayang sehari 2 kali, yaitu setiap jam setengah tujuh pagi, dan jam enam sore. Dua minggu pertama, saya di tugaskan untuk membantu Kompas Sport Petang. Berbagai jobdesk sebagai asisten produksi mulai di ajarkan oleh para produser dan rekan sedivisi kepada saya. Dimulai dari membuat naskah berita, mencari dan mengunduh gambar, melakukan dubbing, meminta pihak library untuk memindahkan gambar agar editor dapat melakukan tugasnya, menghitung durasi, membuat credit title, dan mengantarkan rekaman kepada quality control.

3

Gbr. Istimewa

Semua tanggung jawab yang saya miliki, saya lakukan dengan senang hati. Mungkin itu yang orang sebut passion. Walaupun pada minggu ketiga, hingga akhir masa magang, saya di pindahkan untuk membantu Kompas Sport Pagi, yang artinya harus kerja malam. Saya mulai masuk kantor sekitar jam 12 malam, hingga jam setengah delapan pagi. Pada awalnya, saya sering mengeluh, namun lama kelamaan, saya merasa lebih nyaman untuk kerja malam. Selain suasananya sepi, tidak sesak seperti siang hari, konsentrasi lebih mudah di dapatkan saat malam hari. Di samping itu, satu hal yang menurut saya merupakan keuntungan bagi mereka yang kerja malam adalah, mendapat konsumsi. Walau hanya nasi kotak, lumayanlah untuk mengganjal perut. Di luar itu semua, memang pekerja media, tidak seperti yang saya bayangkan.

Dahulu, saya beranggapan bahwa pekerja media tidak memiliki waktu yang fleksibel. Pekerja media harus bisa stand-by 24/7. Jam istirahat yang kurang dan gaji pas-pasan juga ada dalam bayangan saya. Memang bayangan yang ada dalam pikiran saya ada benarnya juga, tapi tidak semuanya benar. Untuk masalah waktu, ternyata ada beberapa bagian yang tidak mengharuskan karyawannya bekerja siap setiap saat. Sebagai anak sport (begitu kami menyebutnya) kami tidak di haruskan untuk siap setiap saat. Kalau kerjaan selesai, tentu diperbolehkan untuk pulang. Kalau berbicara soal gaji, memang gaji tidak seberapa, tapi menurut pembicaraan para petinggi, bonus bila program kita menembus target rating dan share lumayan juga dan soal waktu istirahat yang kurang, itu memang harus pintar-pintarnya bagaimana kita membagi waktu. Bekerja di dunia media juga tidak sesulit yang saya bayangkan. Realitanya, nampak lebih simple.

Jadi, intinya bekerja di media itu bisa sangat menyenangkan bila kita memiliki passion disana. Tentunya bila melakukan hal yang memang kita suka, kita dapat lebih fokus, dan dapat lebih produktif. (Daniel Setiawan/1401095411)